Minggu, 11 November 2012

Sedikit Perspektif tentang “Keluarga”

Tiba-tiba berlangsung percakapan:

Si A: “kamu itu orang yang ga butuh dukungan sosial ya?”

Si B: “hee...? maksudnya dukungan sosial..?”

Si A: “Kamu mampu mencapai target dan rencanamu tanpa butuh dukungan dari orang lain..”

Si B: “absolutely, NO! Kenapa bisa bilang kayak gtu?” jawabku tegas.

Si B: “nampaknya kayak gtu..”

Si A: “salah besar, aku adalah orang yang saaangat butuh dukungan sosial. Karena aku sangat menyadari kekurangan yang belum bisa ku reda: mudah down, pesimis, dan over-minder...” lanjut A ”aku gag tau apa yang orang umum lihat tentangku, tapi kalo kamu tahu, aku adalah orang selalu butuh dukungan sosial. Dan mereka yang slalu ku mintakan dukungan sosial adalah KELUARGA. Bagiku, keluarga adalah orang-orang yang terdekat bagiku. Dan seharusnya, merekalah orang2 yang terdekat kita SEBELUM orang lain. Aku selalu mengadu pada mereka sebelum menceritakannya pada orang lain (selain pada Allah tentunya). Aku mintakan support mereka pertama, sebelum ku minta support dari orang lain. Aku selalu mendapat penguatan dari mereka. Apapun. Saat aku minder, jatuh, gag Pede, down, dan segala masalah lainnya. Dari Ayah, Ibu, dan kakak2ku. Aku selalu mintakan doa pada mereka sebelum aku memulai sesuatu yang besar. Mereka yang akan terus melantunkan doa dan menyebut nama kita dengan relanya di setiap munajat mereka. Bahkan tanpa kita minta, mereka akan terus mendoakan kita. Karena mereka, adalah yang paling tau diri kita, lemah kita, kuat kita, boroknya kita, dan baiknya kita.. sejak kecil hingga saat ini.. karena mereka orang yang terdekat dengan diri kita, sharusnya.

Aku menyampaikan semua kendala dan masalahku pada mereka, bahkan saat ketertekananku saat merasa aku gag mampu memenuhi apa yang mereka harap. Apa yang mereka lakukan? Justru mereka balik menguatkanku..
Aku bukan orang yang tidak ‘menganggap’ keberadaan teman, bukan. Tapi, mungkin, teman akan melihat betapa lemah diri kita, saat kita mengadukan sesuatu padanya. Siapa sih aku? Sesuatu yang penting bagi kita mungkin tak terlalu di anggap penting bagi orang lain. Bukan prasangka. Tapi, kita bisa menilai dari responnya bukan? :) Karena itulah, aku selalu berusaha mengganggap penting smua stuff yang orang lain sampaikan.. karena dianggap gag penting, mungkin rasanya akan sakit, apalagi bagi yang sensitif :)

Aku tetap akan menceritakan stuff-ku pada teman, untuk menghargai mereka sebagai teman. Aku akan bersyukur, saat mereka memberikan simpati empati bahkan bantuan kongkret kepadaku. Namun aku tak akan kecewa, saat mereka menganggap stuff itu gag penting.. karena aku sudah dikuatkan sebelumnya oleh keluargaku.. karena bergantung pada yang tak pasti itu : Sakit :) ”
Si B: “hmm..” (mengangguk) (berfikir)

*************************************************************************

Ini hanya secuil percakapan juga pandangan tentang anggapan kita pada keluarga. Seringkali, sebagian di antara kita ‘mengabaikan’ keluarganya. Mengutamakan yang ‘diluar’ daripada keluarga. Yaa..pada konteks2 tertentu, itu bisa jadi benar. Namun pengutamaan kita ‘diluar’ ‘seringkali’ mengabaikan orang-orang terdekat kita sendiri, yakni Keluarga. Entah pengabaian dalam bentuk perbaikan, orang pertama yg kita butuhkan, dan lainnya.

Memang, latar belakang dan keadaan keluarga masing2 kita berbeda. “wah, situ enak, punya keluarga yang bisa dicurhatin.” <> “kamu ga tau betapa menyeramkannya orang tuaku??” <> “mereka ga bisa kasih solusi yang ‘sholih’ buat masalahku” <> “orang tuaku masih kejawen.” <> “keluargaku aja masih bolong2 sholatnya” dan sejuta latar belakang lainnya...

Jika memang keluarga kita masih bermasalah, lantas, apakah akan kita tinggalkan begitu saja.. ada ayat yang selaluu saya ingat, hingga, Saya tak pernah lepas melantukan permohonan doa selamat padaNya..: “wahai orang2 yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka..” attahrim:6

Menganggap mereka ada adalah satu jalan tuk ‘menyelamatkan’ mereka bukan.. :)

Ya.. Karena Keluarga, adalah mereka yang kita slalu berharap selamat dari NerakaNya... dan berharap tuk kembali berkumpul bersamanya di Surga-Nya... However, Thanks lot, my family....

(dan aku tetap merenung, tapi bukan melamun..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar