Rabu, 30 Desember 2015

Harta

Pilih Menjadi Orang yang Mana?

Siapa di antara kita yang tidak ingin menjadi orang kaya yang bergelimang harta? Tua muda, lelaki perempuan, berkulit hitam atau putih, semuanya memiliki keinginan serupa.
Salahkah keinginan tersebut? Tidak juga! Tetapi sayangnya, banyak di antara kita lupa untuk berusaha memiliki ’pengawal’ yang membantu kita menjaga harta tersebut; agar tidak berubah menjadi petaka. Pengawal setia tersebut adalah ilmu agama.

Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam menjelaskan,
”Perumpamaan umat ini bagaikan empat orang.
Orang pertama: adalah seorang yang dikaruniai Allah harta dan ilmu. Dengan ilmunya ia mengatur harta sehingga bisa mengalokasikannya dengan benar.
Orang kedua: adalah seorang yang dikaruniai Allah ilmu, namun tidak dikaruniai harta. Dia berkata, ”Andaikan aku memiliki harta seperti fulan (orang pertama), niscaya akan kugunakan seperti apa yang dilakukannya”. Rasulullah shallallahu ’alaihiwasallam bersabda, ”Pahala dua orang tersebut sama”.
Orang ketiga: adalah seorang yang dikaruniai Allah harta namun tidak dikaruniai ilmu. Dia bertindak asal-asalan dalam hartanya, menghamburkannya tanpa aturan.
Orang keempat: seorang yang tidak dikaruniai Allah harta maupun ilmu. Ia berujar, ”Andaikan aku memiliki harta seperti fulan (orang ketiga); niscaya akan kugunakan seperti apa yang dilakukannya”. Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam berkomentar, ”Dosa keduanya sama”.
(HR. Ahmad dari Abu Kabsyah al-Anmâry radhiyaallahu ’anhu dan dinyatakan sahih oleh al-Albany).

Dalam hadits di atas, Nabiyullaah shallallaahu’alaihiwasallam menerangkan pada kita bagaimana efek dari ilmu agama terhadap sikap seseorang kepada hartanya.
Orang kaya yang berilmu, berkat bekal ilmu yang dimilikinya, ia bisa memanfaatkan hartanya untuk mengantarkan ke surga. Ini adalah orang pertama. Adapun orang yang miskin harta namun memiliki ilmu agama, diapun juga bisa memanfaatkan ilmu tersebut sebagai kendaraan untuk masuk surga. Sebab ia berpeluang meraih pahala yang sama dengan orang pertama, berkat niat baik yang ada dalam hatinya. Inilah orang kedua.
Adapun orang ketiga, adalah golongan yang malang, walaupun kelihatannya ia hidup sejahtera. Sebab ia gagal menjadikan hartanya sebagai tunggangan menuju surga. Ia serampangan dalam mengalokasikan hartanya, karena keminiman ilmu agamanya.
Yang paling naas nasibnya adalah orang keempat. Sudah miskin harta, miskin ilmu agama pula. Di dunianya ia hidup dalam kesusahan, dan kelak di akhiratnya ia sengsara masuk ke dalam neraka. Na’uudzubillaah min dzaalik…

Nah, memilih manakah Anda? Yang penting, jangan sampai memilih menjadi orang ketiga, apalagi keempat. Minimal jadilah orang kedua. Syukur-syukur Anda bisa menjadi orang pertama.

Selamat memilih…

Sumber : TunasIlmu.com

Diorama Cinta dan Mimpi (1)

Dua anak manusia. Melakukan sebuah pengembaraan panjang, masing-masing. Yang satu dari gunung, yang satu dari lembah, bertemu di sebuah persimpangan jalan. Kala sendirinya telah lelah dan hampir putus asa dengan pengembaraan itu. Bekal mereka hampir habis. Sedang perjalanan masih amat panjang. Maka bertemu dengan manusia lain saat itu ialah satu kebersyukuran.

"Apa yang kau bawa?" Tanyanya kala itu.
"Cinta", jawab yang satunya.
Ia melanjut tanya,"Lantas apa yang kau bawa?"
"Mimpi." Jawabnya. "Aku tak punya apapun selain ini."
Masing2 diam. Berfikir. Yang satu tak bisa dan biasa menggunakan cinta, pula yang satunya pun tak bisa dengan mimpi. Dua hal yang sangat berbeda.
"Kemana tujuanmu?", keduanya bertanya bersamaan dengan pertanyaan yg sama.
"Ah, kesana!" Dan sekali lagi, mereka menjawab bersamaan. Telunjuk mereka mengarah di jalan yg sama.
Keduanya kikuk dan kembali berfikir.
"hmm, bagaimana kalau kita berjalan bersama.. toh, tak ada salahnya kita bersama, tujuan kita sama, bekal kita sama2 hampir habis. Aku tak mungkin menggunakan bekalmu, begitu pula kamu tak biasa dengan bekalku. Aku tak pernah mengenalmu sebelumnya, dan begitu pula kamu terhadap diriku. Tapi mungkin dengan bersama, kita akan dapat saling menjaga. Jalan ini jalan yang sama2 belum pernah kita lalui, mungkin akan ada hal2 yg kita tak bisa kita lakukan sendiri. Atau.. bisa jadi ada banyak hal2 yang bisa kita lakukan dengan berdua." ucap anak gunung.
"hmmm.........." anak lembah berfikir, lama. "Baiklah, ya., tak ada salahnya." akhirnya menyetujui.

Dan akhirnya, mereka memutuskan untuk meneruskan perjalanan bersama, berdua.


*to be continued, with unidentified time for the next story*