Minggu, 17 November 2013

Tentang seorang Pedagang


"Tiada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangan sendiri"
HR. Bukhari Muslim.



Aku bukan pedagang.. tapi aku ingin bercerita sekelumit hal menarik dari seorang pedagang. :)

Masih ingat, Rasulullah saw adalah seorang pedagang. Beliau belajar berdagang dari pamannya sejak beliau masih anak-anak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan diriwayatkan bahwa beliau adalah pedagang yang ulung. Abdurrahman bin Auf, salah satu sahabat Rasulullah saw yang dijamin masuk surga, pun seorang pedagang, bahkan tak dinyana lagi kepiawaiannya dalam berdagang. Tatkala ia hijrah dan pasca dipersaudarakan oleh Sa'ad bin Rabi al Anshori, yang ia cari bukan lain ialah pasar, karena ia ingin berdagang. Dan kamu tau, seluruh hasil penjualannya lantas ia sumbangkan sepenuhnya.. hmm, masyaAllah ya.. masih ada ga ya, orang yang menyedekahkan seluruh hasil penjualannya...:)
Nah, itu hanya sekelumit cerita pembuka saja.


Langsung saja Saya paparkan berbagai hal menarik dari yg saya amati ttg seorang pedagang. check this!

1. Sabar

Menjadi Pedagang itu belajar Sabar. Sabar dengan berbagai jenis permintaan dari pelanggannya.
Semisal seorang tukang bubur ayam saja. Ada tuh, seorang tukang bubur ayam langganan saya, yg kalo saya beli bubur, sy usahakan selalu kesana. Mengapa? Ada yg menarik. (eitss, jgn mikir macem2 ya :p)
Tiap kali saya datang kesana, lapak pedagang ini selalu ramai. Ada lah, setiap term waktunya yg ga sampai 10 menit, org yg membeli sekitar 5-6 orang. bayangkan 6 orang menunggu, mengelilingi gerobak kecil milik pejual bubur ayam. Ramai lah ya.. :)
Nah, yang menarik dari sini adalah, kamu tau, masing2 pembeli ini punya permintaan yang berbeda-beda:

Pembeli satu minta: "Bang, 2 di bungkus ya, satu ga pake kacang, satu ga pake sambel,yg satu pake ati, lainnya ga usah"
Pembeli dua minta: "Bang, bungkus , yg satu buburnya setengah aja, kecapnya sedikit, pake sate telor empela, yg satunya pake sate ati. sambelnya pedes"
Pembeli 3 lain lagi mintanya: "Bang, 1 dibungkus, ga pake kacang,ga pake kecap, cakwe dibanyakin, sate ati."
Dan pembeli pembeli lainnya yg barangkali punya permintaan yg berbeda pula. 1 pembeli aja macem-macem mintanya. apalagi kalo pembelinya banyak?

Nnnah, harus sabar dan telaten ga tuh buat melayani semuanya. Karena, jikalau pedagang tidak sabar, maka justru ia akan kehilangan pelanggannya. Seperti yang pernah saya temui juga di sebuah lapak yang lain. Kala itu, si penjual nampak kewalahan dengan berbagai permintaan pelanggan, dan ia misuh-misuh... hm, secara langsung dan tidak, ia sedang menurunkan tingkat kepercayaan sang pembeli kepadanya. Pembeli secara langsung yg membeli dilapaknya, maupun pembeli lain yang tidak membeli namun ia melihat si pedagang misuh-misuh. cring..cring.. hilang 1-2 pelanggan.


2. Belajar Melayani

Menjadi Pedagang berarti belajar melayani. Dengan selalu menampakkan wajah bersahabat, senyum. Sungguh, saat itu ia sedang menumbuhkan kepercayaan pelanggan kepadanya. Di sisi lain, ia pun sembari melakukan sedekah, sedekah senyum. 1 kebaikan tambahan ia lakukan. :))

Ketika si penjual pasang tampang jutek, uh, boro-boro mau beli, mungkin datang ke lapaknya pun kita ga mau. Mau barangnya bagus, atau harganya paling miring daripada lapak lain, tapi rasa2nya, diri ga ikhlas kalo harus beli disana. Mending milih lapak lain, yang harganya ga jauh beda, meski agak tinggi. Ya, itu kalo saya sh. kamu gmna? bisa sama, bisa lain kali ya...:D
Nah, lain soal, kalo kita datang, udah disambut dengan baik, ramah, plus ditambah senyum. beuh, adem ga...mau beli juga rasanya ikhlas, asal harganya juga pas di kantong... hehe. n_n


3. Harus Ligat, Responsif, dan Cepat melayani

Kalo ada pepatah yang bilang: "pembeli adalah raja", bisa jadi benar.
Coba suatu ketika, kamu datang ke sebuah lapak/toko, kamu clingak clinguk kebingungan, orangnya ada, tapi kamu dicuekin... Rasanya??? hm..

Pembeli yang dilayani dengan lama, pesan sejak kapan... sampai nya kapan, tentu akan membentuk image postitif atau negatif sang pembeli. Dan kepuasan pembeli, justru adalah alat marketing paling canggih dibanding apapun (diluar penggunaan teknologi loh ya). kamu tau apa yang disebut dengan getok tular? sekali seseorang puas,maka tanpa kita suruh, ia akan memberi tahu temannya, dan temannya memberi tahu lagi yg lainnya, dan ga akan segan utk datang kedua-ke3, dst kalinya...


3. Syukur

Menurut saya, jadi pedagang itu akan membuka peluang lebih banyak utk banyak bersyukurnya.Mengapa? Pedagang itu bermain di harian, bukan bulanan apalagi tahunan. Ia akan mengalami hal-hal fluktuatif setiap harinya. Saat di satu hari ia banyak pelanggan, dan di hari lain, barangkali sepi pelanggan. Dan segala sesuatunya harus tetap di syukuri, setiap hari.
Dan, kenapa peluang banyak bersyukurnya lebih banyak? karena ia 'menerima' rezeki itu 'harian'. hm, maksud saya begini. Kadang manusia itu 'bersyukur'nya pas 'dikasih' sama Allah sesuatu yg sifatnya materi (wujud)... misal, kalo utk karyawan atau PNS atau pekerja yang insentifnya bulanan, maka ia bersyukurnya pas menerima gajian. "alhamdulillah, gajian, nerima uang lagi....". Dan kerap syukur kita 'kecil' utk hal2 kecil. (ini refleksi juga buat saya sendiri ttg syukur).

Sedang pedagang, ia menerima 'gajian' setiap hari, meski kadang sedikit kadang banyak, tapi peluang bersyukurnya jadi tiap hari.. ga sebulan sekali aja.. (#jlebb ^^;)


4. Jadi Pedagang, Berkahnya banyak.

Berkah apanya? Berkah karena apa yang ia dapat merupakan hasil keringatnya sendiri dan jerih upaya tangannya sendiri.

Berkah apa lagi? Berkah, karena ia terbiasa utk menjemput rezeki sedari pagi buta. Bayangin, pagi-pagi udah bangun, siapin barang dagangannya. Kamu tau, mengapa Rasulullah menganjurkan kita tidak tidur selepas subuh? Karena di pagi hari Allah bentangkan banyak pintu rezeki, barang siapa tidak meraihnya, ia akan merugi.

Dan barangkali, berkah2 lainnya.. ^^

hmm, poin yang ini, saya ga bisa ber-panjang lebar. Saya langsung kasih hadisnya aja ya.. ^^

“Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang,” (Muttafaqun ‘alaih)

“Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang lelaki dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad, Al-Bazzar, Ath-Thabrani dan selainnya, dari Ibnu ‘Umar, Rafi’ bin Khudaij, Abu Burdah bin Niyar dan selainnya).

Saya meyakini, InsyaAllah, apa-apa yang pernah Rasululloh tekuni pastilah membawa manfaat dan keberkahan, tinggal bagaimana cara dan upaya kita menjalaninya. :)


Closing,
Mungkin sebagian besar hal yang saya sampaikan disini adalah hal-hal yang common. Tapi selain di maknai secara harfiah bagi mereka atau kamu yg berdagang, nilai-nilai ini bisa juga kita terapkan (bagi yg slain pedagang) ke dalam hal-hal sosial kita sehari-hari. Dalam hal melayani, menolong, bersyukur, sabar, dan berbagai hal lainnya.
Agar apapun yang kita lakukan mendatangkan berkah Allah, pastikan pekerjaan itu adalah pekerjaan yang Halal dan dari sumber penghasilan yang halal. Sekian.


Smoga tulisan ini membawa manfaat, khususya bagi yang menulis.

Selamat bertebaran di muka bumi utk mncari sebagian rezekiNya.. :))