Selasa, 31 Mei 2011

pol.. pol.. politik... hmmm....

Politik?? Hoaahmmm…. Ntar dulu deh…. Hehe…

Yup, mungkin sobat semua kerap berceletuk begitu ya.. Dan ga sedikit orang-orang pada umumnya yang berfikiran demikian. Banyak di antara kita berfikir bahwa politik itu kotor, politik itu isinya orang-orang yang berlaku curang, punya kepentingan, dan segala stigma negatif mengenai poltitik…. toh, kondisi Indonesia juga belum banyak berubah, pemerintahnya masih suka pada korup, wong hukum aja diperjualbelikan, penjara bagi para elit seperti hotel bintang 5, asset penting Negara di jual kepada pihak asing…. Ups. Ehem,ehem, hujatnya stop dulu ya… Kalau bicara soal ‘kebobrokan’ pemerintah mungkin ga ada habisnya ya… meskipun ketika kita disana (pemerintah.red) pun kita belum tentu mampu juga… ya ga?:D
Nah, sobat, kita boleh kok mengkritisi suatu bentuk kebijakan, itu jauh lebih baik daripada diam tak bersikap, karena acuh tak peduli, karena terlalu focus pada diri, karena kecewa tak bertepi (halah)….

Sebagian di antara kita berfikir “ngapain sih ngurusin politik? mending mikirin diri sendiri, yang penting sekarang hidup nyaman, bisa makan, ngisi bensin (meskpiun harga-harga pada naik), yang penting masih bisa hidup, bisa sekolah (meskipun biaya sekolah apalagi kuliah makin mencekik --__--)” wah sobat smua, jangan salah kira, justru setiap harinya kita menggunakan politik loh. Misal nih, sederhananya saja, ketika sobat mau membeli baju di pasar/toko, sobat ingin dengan harga 50.000 bisa dapat baju dan celananya sekaligus (ceritanya beli seragam nih). Tapi harga sebenarnya lebih dari 50.000, malah 50.000 Cuma dapet bajunya aja. Nah, terus apa yang sobat lakuin? Sobat cambar pasti bakal nawar kaan… melakukan tawar menawar sengit antara sobat dan penjualnya, sampai akhirnya penjual tak berkutik dan memberikan harga sesuai yang sobat inginkan… nah, inilah contoh politik yang saaangaat-sangat sederhana…
begitu pula ketika sobat ingin melobi guru/dosen sobat untuk bekerjasama dengan sobat, itu juga bagian dari politik… ga sadar kan…

So, politik sesungguhnya bukan sesuatu yang jauh dari kita, malah teramat dekat dengan kita. hanya saja, politik yang saat ini difahami kebanyakan di antara kita adalah politik di pemerintahan, karena itulah politik nyata yang bisa kita lihat. Nah, jadi kalo ada yang ngomong politik, kita ga langsung phobia dulu lah ya…
Trus, Kenapa sih kita mesti aware dengan yang namanya politik?? Berpolitik itu ga harus kita berada langsung di pemerintahan, kita sebagai masyarakat pun sudah selayaknya berpolitik. Lho, bagaimana bisa?

Sebagai contoh nih, misalnya pemilihan umum sebagai salah satu mekanisme pemilihan seorang pemimpin di Negara kita, negara demokrasi, dalam skala apapun (skala nasional, propinsi, wilayah, daerah, dalam perusahaan, institusi, lembaga, dan lain sebagainya). Masyarakat yang cerdas berpolitik adalah masyarakat yang benar-benar menggunakan hak pilihnya. Karena itulah yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat yang memiliki hukum dan aturan, dan tentunya yang masih peduli terhadap bangsa kita tercinta. Mungkin sebagian dari kita kecewa dengan cara pemilihan seperti ini.. huh, buat apa milih, toh hasilnya sama aja, toh pasti yang terpilih yang gitu-gitu lagi. Wah, mana saya mau milih, calonnya ga ada yang bener… atau apapun itu. Justru itu sobat, menghadapi hal ini, solusinya Cuma ada 2:
1. Kita sendiri yang mengajukan diri sebagai bagian yang dipilih, jika tidak mungkin maka,
2.ya gunakan hak pilih kita.

Yang terbanyak itulah yang menang, entah baik entah buruk, begitulah demokrasi. Maka, bagaimanapun calon seorang pemimpin, masyarakat cerdas berpolitik akan mempelajari bagaimana profil pemimpin yang akan dipilihnya. Ia menimbang dan menilai mana yang ia harus pilih sesuai hati nurani. Jika semuanya baik, maka pilihlah yang terbaik dari yang baik, yang akan mendatangkan mashlahah yang banyak. Jika semuanya buruk, maka pilihlah yang paling baik dari yang buruk, yang nantinya mendatangkan mudhorot (kerugian) yang paling kecil.

so far, saat kita sudah jadi yang namanya mahasiswa, kita juga bakal nemuin sarana – sarana belajar politik, misalnya setiap tahun (buat yang di kampus) bakaL ngrasain yang namanya PEMIRA alias Pemilihan Raya Mahasiswa untuk memilih presiden mahasiswa, atau belajar berpolitik melalui organisasi-organisasi sosial politik di kampus, dan lain sebagainya.

Selain itu, masyarakat yang cerdas politik adalah bagaimana ia mampu cerdas dan peka menanggapi setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpinnya, dalam skala apapun, apakah akan merugikan masyarakatnya atau justru malah membangun masyarakatnya… Cuma kalo sobat semua sudah pada phobia duluan, lah gimana mau mengkritisi? Gimana mau memperbaiki suatu keadaan yang “terpuruk”? Kalau ga ada yang mengritisi apa tidak malah kesewenangan yang makin menjadi? Karenanya, sudah selayaknya kita berlatih menjadi masyarakat cerdas politik dengan cara:

1. Senantiasa Membangun Kepekaan diri

Peka terhadap keadaan, peka terhadap kondisi yang terjadi di sekitar kita. tidak melulu diri pribadi yang difikirkan, tetapi juga social, karena kita adalah bagian makhluk social.

2. Mempelajari dan menilai kebijakan

Sebelum kita hujat sana sini mengenai kebijakan dari pemimpin kita, apalagi kalau Cuma hujat sambal alias ga ada dasar ilmiah yang jelas coba deh kita melihat dengan analisis dan mata ilmiah yang jernih.

3. Do something!

Lakukan apa yang bisa kita perbuat, sebagai apapun kita, sebagai seorang mahasiswa (kelompok masyarakat intelektual), sebagai masyarakat biasa. Kita tetap peduli menyikapi setiap perihal yang ada di sekitar kita, baik itu di Negara, masyarakat, apalagi di kampus kita tercinta, meskipun kita bukan menjadi bagian dari pemerintah/pengambil kebijakan.



Ketika kegelapan menyelimuti, menggelapi keadaan, maka ambillah lilin dan nyalakan cahaya, ketimbang terus menyalahkan kegelapan.

Memang, Indonesia seolah tidak memiliki harapan lagi untuk bangkit dari segala keterpurukan yang terjadi di berbagai multidimensi. Permasalahan yang dihadapi bangsa ini sungguh sangat kompleks. Sampai-sampai bingung, dari mana harus mengulur benang yang sudah sangat kusut ini. Dari masalah kriminalitas, pendidikan, masalah perut alias ekonomi dan kesejahteraan, menyambung lagi dengan masalah kesehatan, masalah politik dan mental politik, dan masalah-masalah pokok dan turunan lainnya. Itulah Indonesia saat ini. Kalau bicara kecewa dan putus asa, mungkin akan banyak di antara kita yang mengatakan demikian atas segala kondisi ini. Namun, islam mengajarkan kita untuk tidak berputus asa, karena mereka yang berputus asa adalah mereka yang kafir.

“… dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (Qs. Yusuf: 87)

So, bukan saatnya lagi kita terus mengutuki keadaan, saatnya kita bangkit, dan menjadi bagian dari solusi. Mari jadi masyarakat cerdas politik. :)


(sebuah pemahaman amaat sederhana memaknai "politik" ... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar