Senin, 05 Januari 2015

Career Woman, Incredible Wife.

haha... sesungguhnya saya sendiri geli menuliskan judul di atas. (Semacam promote diri sendiri).
Tenang, saya tidak sedang mempromosikan diri saya. Saya (memang) wanita karir saat ini, tapi saya masih sangat jauh dari ideal. :)
Namun, kenapa saya membahas ini?
Ya, ada hal yang membuat saya akhirnya tergugah untuk menuliskannya. I guess, I found something different, special, and sophisticated (halah) from a-career-woman. Let's check it out!
 
Pertama, Siapa Wanita Karir itu?
Kita samakan dlu persepsi kita soal definisi wanita karir. Okay, kita pakai pengertian umum saja, meskipun ada yang akan mengatakan Ibu Rumah Tangga pun wanita karir pula. Aku tidak akan menafikan ataupun menyetujuinya, tp bukan definisi itu yang akan kita pakai dalam pembahasan kali ini. Wanita karir yg dimaksudkan adalah wanita yang bekerja diluar rumah pada jam kerja normal dari jam 8.00 - 17.00 (normal working hour) *Terutama di Jakarta sih*, atau intinya bekerja pada jam kerja yang teratur. (tidak melulu sampai jam 17.00, atau dari jam 8.00).
Okay, kita selesai dengan definisi.

Nah, lantas apa keistimewaannya?
Menjadi wanita karir adalah suatu pilihan yang memiliki tantangannya sendiri. Di satu sisi, ia harus menyadari bahwa dirinya adalah wanita, yg kelak akan menjadi ibu, yg memiliki anak-anak, yang bertanggungjawab untuk menumbuhkembangkan anak, yg berperan dalam mendidik anak, memberikan cinta dan kasih sayang kepada mereka dan..yang akan memiliki suami untuk ia taati, layani, cintai, dan.. tumbuh kembangkan :D.

Di sisi yang lain, ia menjadi wanita yang (butuh) mengaktualisasi potensi dan kemampuan dirinya.
Kadang menjadi wanita karir itu sebuah dilema juga. Dilemanya kalau sudah punya anak. Trust me. :)
Yap. Disinilah tantangan itu muncul.

Case1.
Pertama, dia  harus bangun pagi2 buta, mgkn sebelum segala sesuatunya bangun (kecuali Allah, yaiyalah!), solat, jangan lupa tilawah, subuhan, membangunkan anak, menyiapkan sarapan sekaligus bekal utk makan siang suami dan anak, beberes rumah, mempersiapkan dirinya sendiri utk bekerja, segera bergegas ke kantor.
Sampai d kantor, seharian bekerja, tak lupa menjaga kontak dengan keluarga trutama di jam isitirahat. Memastikan anak pulang sekolah baik2 saja. Pulang dari kantor, menyiapkan makan malam, beberes rumah, tak lupa bercengkrama dengan anak dan suami, mendampingi anak mengerjakan PRnya, bersama2 menambah hafalan quran masing2 dan saling memurojaah-jika keluarga punya program ini. Mendampingi anak tidur. Bebersih dirinya sendiri. Melunasi target harian dirinya sendiri. Dan mungkin baru bs istirahat. Dan esokbya kamu harus bangun pagi2 lagi dam melakukam rutinitas yg sama.
Ini baru kasus pertama, dimana dgambarkan, anak sudah masuk sekolah, kamu punya rumah sendiri, tidak tinggal bersama orangtua maupun mertua, dan..kamu ga lembur. Gimana kalo lembur cobba? :) *fyuh

Case2.
Akan jauh lebih sulit lagi kalo kamu punya anak masih Balita. Apalagi msh bayi. Eung... jujur saja... sy ga bs membayangkannya.. ^^;
It's really hard thing. Saya ga bs membayangkan kalo harus meninggalkan bayi saya manakala dia masih harus menyusui. ASI apalagi. In case, sy tidak tinggal dengan mertua atau orgtua. Bener2 ga kbayang. Nampaknya kamu tetep butuh seseorang utk kamu titip bayimu dengan telah mempersiapkan persediaan ASI d kulkas. Fyuh. Ga kbayang kan? Kalo sy jadi ibunya yg kerja d kantor, sy bakal ga konsen utk kerja dan bakal selalu kefikiran dengan bayi saya. Hhaa. *kbanyakan mikir*.
Atau pilihan kedua yg msh memungkinkan adalah..kamu cuti kerja. :)
Nah, bener2 hard challenge kan?
Makanya ibu yg bs take over these things is such incredible woman ever deh...

Case3.
Dengan kondisi yg hampir sama kayak case 1, tp si anak belom masuk usia sekolah. Nanti tambahan aktivitasnya adalah mengantarkan anak ke day care yg terpercaya, dan menjemputnya kembali di sore atau malam hari.
Dengan kondisi seperti ini, kamu tetap harus meluangkan waktumu utk medampingi tumbuh kembang anak, menanamkan nilai2 yg baik kepadanya. Karena, anakmu bukan anaknya kan? :)
Anakmu..tanggungjawabmu kepada Allah... :')
Dan mungkin ada case2 lain yang mungkin ada dan terjadi. Ini hanya secuil contoh.
Nah.. kbayang kan.. tantangannya..

Dan contoh yg saya paparkan di atas ini kondisi ideal lho ya. Kenyataannya? :)
Bisa d bayangkan sendiri,-jika anda wanita karir juga-.
Dari seabreg kewajiban dan aktivitasnya ini, tidur larut, bangun pagi2 buta, seorang wanita harus punya fisik yg sehat dan bugar. Kebayang gmna kalo ibu sakit dan ga bs ngapa2in. Kacaulah dunia perumahtanggaan. Belum lagi kalo punya suami yg mnuntut istri yg melakukan hal kerumahtanggaan. Mngkn dia bs ngomel2. Hha. *sok curcol*brasa udh punya suami*
That's why I said, this is such really difficult and also amazing thing for women if she could take over these. Right?

Jadi kalo kamu merasa ga sanggup dengan ini smua, jangan jadi wanita karir. Fokuslah dengan tugas utamamu sbg seorang ibu dan  istri.  Dengan menjadi ibu dan istri yg baik saka sudah menjadi 'karir' dan prestasi tersendiri bagimu. Soal aktualisasi diri, cari lah bentuk aktualisasi lain yang tidak mengganggu tugas utamamu sbg ibu dan istri.

Satu hal yg pasti: tetaplah berkarya.. dengan cara yg sesuai dg dirimu, wahai ibu dan calon ibu. :)
Smoga manfaat.... selamat menentukan jalan 'karir'mu.. selamat jadi ibu...

*tulisan ini utamanya utk sy sendiri yg masih belum sanggup melakukan hal2 di atas. *jlebbb

2 komentar: